Selasa, 23 Juni 2015

Siapapun Berhak Memilih Akan Menjadi Apa Ia, dan Aku, Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim!



Udah nonton video tentang kesaksian Lukman Sardi, artis senior yang kini memilih menjadi orang yang PERCAYA kan pastinya?, beberapa hari yang lalu juga gue udah nonton. Kecewa pastilah, sebagai salah seorang muslim gue harus kecewa dan mungkin juga murka atas pilihannya. Biar bagaimana pun gue tetep yakin bahwa hanya Islamlah satu-satunya agama yang Rahmatan lil ‘alamin. 

Katanya dia memutuskan untuk menjadi orang yang PERCAYA sudah sekitar enam tahun yang lalu, Cuma baru mendeklarasikannya sekarang. Yang bikin gue miris sih waktu dia bilang bahwa menjelang wafat Idris Sardi, ayahnya yang juga merupakan musisi senior mengatakan bahwa dia bangga dengan pilihan Lukman, dan diakhir video, Lukman menerangkan bahwa dia bangga karena sang ayah menjelang akhir hidupnya diyakini Lukman telah menjadi orang yang PERCAYA juga, sama sepertinya.

Kalau dari yang gue tangkep, maksudnya ayahnya sudah mempercayai Yesus sebagai Tuhan, hanya belum murtad secara langsung karena sudah keburu meninggal. Itu dari apa yang gue tangkep dari videonya loh ya, kalian boleh punya persepsi sendiri dari ucapan Lukman itu. Tapi gue nggak mau percaya gitu aja dengan kesaksiannya. Toh ayahnya sudah meninggal, jadi nggak bisa ditabayun bener enggaknya pernyataan si Lukman ini. Maklum ini hal yang sensitive, tentang sebuah kepercayaan, jadi gue nggak mau berburuk sangka kepada Idris sardi hanya karena pernyataan anaknya yang sepihak itu. Kalau Lukman mengatakannya ketika ayahnya masih hidup mungkin gue mau memikirkan cara untuk tabayun ke ayahnya.

Lukman bukan artis pertama kok yang memutuskan murtad, sebelumnya juga ada Asmirandah yang memutuskan murtad setelah menikah dengan Jonas Rivanno. Bahkan Asmirandah sudah aktif ‘berdakwah’ dari gereja ke gereja untuk memberikan kesaksian atas kemurtadannya. Videonya juga banyak di medsos.
Anggun juga bisa termasuk artis yang murtad. Setelah melewati masa pencarian, akhirnya dia memutuskan untuk berlabuh pada keyakinannya yang sekarang. Dan masih ada lagi yang lain.

Banyak ya ternyata artis yang murtad?, ember!. Nggak usah jauh-jauh deh ngomongin artis. Saudaranya temen gue juga ada yang murtad. Yang satu nikah sama bule, di ajak suaminya ke Eropa dan tinggal di sana, pas balik udah murtad. Padahal nikahnya dulu secara islami, suaminya sudah sempet bersyahadat karena orang tua si cewek nggak mau punya mantu non muslim. Tapi apa daya?, cewek kalau udah punya anak dan nggak kuat iman pasti berat, mau milih agama apa suami. Dan karena alasan-alasan kenikmatan duniawi akhirnya banyak yang memilih suami ketimbang mempertahankan keyakinannya. Contohnya lagi adalah saudara temen gue yang lain. Nikah sama lelaki non muslim, sampai sekarang biaya hidupnya ditanggung oleh gereja dengan syarat dia mau memberikan kesaksian dan ‘berdakwah’ dari gereja ke gereja. Atau ada juga yang murtad karena kecewa dengan orang muslim yang lain. 

Masih banyak lagi kok orang-orang yang murtad karena iming-iming harta dan kenikmatan dunia lainnya, termasuk apa yang disebut dengan cinta. Mungkin itu sebabnya, banyak orang tua yang nggak setuju anaknya menikah sama non muslim karena khawatir anaknya ini akan murtad suatu saat. Dan nggak bisa juga orang tua sembarangan mengajukan syarat agar calon mantunya itu bersyahadat hanya agar pernikahan mereka bisa disahkan. Karena banyak juga kasus, setelah menikah maka mereka akan kembali kepada keyakinan mereka yang dulu, bahkan sampai mengajak anak-istri atau sumai mereka untuk mengikuti kepercayaan mereka. Ya begitulah kalau bersyahadat bukan karena lillahi ta’ala. Agama dijadikan sebagai sebuah permainan atau ajang sandiwara belaka. 

Coba deh lihat orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan banyak juga yang murtad tapi kita nggak tahu, atau memang kita yang nggak mau peduli dengan hal-hal semacam ini. Jangan-jangan sekarang sudah banyak yang bilang bahwa ini “Bukan urusan saya” terhadap keadaan iman saudaranya. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah…

Marah, geram, dan jijik mungkin adalah hal-hal yang gue rasakan ketika mendengar kemurtadan. Oh come on!, silahkan katakan gue fanatik atau apalah, toh gue yakin, orang-orang di sebelah sana (yang bersebrangan keyakinannya dengan gue) pasti juga akan merasakan hal yang sama seperti yang gue rasakan ketika ada pengikutnya yang murtad dan memutuskan masuk islam. Gue nggak suka dengan murtadnya mereka, tapi gue juga nggak mau menghina, menghakimi dan mencaci mereka hanya karena kini kita berbeda kepercayaan. Gue justru muak dengan orang-orang yang menghina dan menghakimi orang lain, apapun alasannya. Seringkali juga gue berfikir; ‘Oh, pantes aja mereka tambah mantep murtad, lha wong yang muslimnya aja kebangetan responnya. Bukannya membangun komentar yang positif dan membangun, malah ngatain nggak jelas.’  

Menurut gue karena kenyinyiran beberapa muslimin ketika melihat satu-dua orang yang murtadlah yang membuat mereka menjadi semakin tidak respek lagi dengan islam. Sebagai contoh ketika kasusnya Asmirandah. Media terlalu membesar-besarkan berita, sampai perseteruannya dengan sang ayah pun diberitakan dan dikomentari oleh publik. Kalau gue jadi andah pasti gue juga gerah dan muak atas segala jenis pemberitaan. Biar bagaimanapun kan dia membutuhkan privasi.
 
Ayolah… apa sih hak kita sehingga kita berani menghakimi orang lain?, siapa juga kita sehingga berani mencaci dan menghina mereka?. 'We are nothing man!, we are zero without Allah azza wajalla!'

Siapa sih yang bisa ngejamin bahwa keimanan kita ini bisa bertahan selamanya?, siapa sih yang bisa ngejamin bakalan bisa ngejaga nikmat iman dan islam yang udah Allah kasih cuma-cuma?. DIA itu Maha Pembolak-balik hati, nggak cukup kita ngomong ‘Saya Beriman’ melainkan Allah pasti bakal mengujinya terlebih dahulu dengan berbagai macam cara. 

Hari ini gue muslim, besok, lusa, siapa tahu?

Gue bukannya ngarep bakalan murtad, bukan!. Na’dzubillahi mindzalik malahan. Tapi gue cuma nggak mau aja orang-orang muslim terutama orang-orang di sekitar gue, menanggapi hal semacam ini dengan cara yang kampungan. Menghujat satu sama lain dan menganggap bahwa dirinya yang paling benar, sementara sendirinya belum tentu sudah menjadi muslim yang baik. Ini perkara hati, ini perkara iman, ini perkara hidayah, dan ini jelas-jelas hak prerogatifnya Allah, jadi nggak usah sombong karena memang kita nggak punya apa-apa untuk disombongkan.

Masih ingetkan kisah Abu Thalib?, paman nabi yang hingga ujung usianya belum juga bersyahadat atau memeluk islam meskipun beliau adalah salah satu orang yang paling membela dan mendukung nabi. Menurut lo kenapa bisa sampai kayak gitu?, apa karena Rasulullah yang kurang niat dalam berdakwah?, enggak juga. Rasulullah selalu mengajak pamannya ini untuk mengikuti jalannya. Rasulullah bahkan sedih dan terpukul ketika pamannya ini wafat sebelum memeluk islam. Kemudian Allah menyadarkan Rasulullah, bahwa hidayah itu bukan urusannya, melainkan urusan Sang Pencipta dengan ciptaannya langsung.

Jadi kalau sekelas Abu Thalib yang turut terlibat langsung dalam dakwah Rasulullah di awal kenabian saja belum tentu mendapatkan hidayah, apalagi sekelas Lukman Sardi atau orang-orang lain jaman sekarang?. Dari pada sibuk menghakimi yang di luar batas kemampuan diri, mengapa kita tidak berlelah-lelah untuk mendo’akan mereka dan orang-orang di sekitar kita saja? agar Allah memberikan hidayah-NYA kepada mereka, dan semoga Allah melenyapkan kesombongan yang ada dalam diri. Kita tidak boleh lupa untuk terus meminta agar nikmat Iman serta Islam yang kita telah miliki ini, bisa kita jaga dan mempertahankannya hingga akhir penghambaan di dunia ini.

Oya, pernah dengar pepatah gugur satu tumbuh seribu?

Ya anggap aja Dian Sastro Wardoyo, Marsha Timothy, Bella Safira, Marcel, Diego, Muhammad Ali, dan sejumlah artis lain yang memutuskan menjadi muallaf itu adalah pengganti saudara kita yang murtad itu, belum lagi dengan para muallaf dari berbagai penjuru dunia yang dikabarkan terus meningkat. Jadi kita tidak perlu berkecil hati. Dan semoga Islam tidak hanya Berjaya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas.
Tadinya gue udah mau masukin Tyrese Gibson, salah satu pemain Fast Furious. Tapi ternyata do’I sudah klarifikasi terkait isu yang beredar bahwa dia telah menjadi muallaf.
 
atau baca aja dah twitternya dia di sini https://twitter.com/Tyrese

Duh, kadang gemes ya, sama orang-orang yang hobi banget nyebarin berita viral tanpa mau klarifikasi terlebih dahulu. Padahal kan hal semacam ini bisa aja menimbulkan konflik dan merugikan orang lain atau pun diri sendiri.

Okay, at last, mungkin lo udah pernah dengar ini. Pun menurut gue juga, pada dasarnya semua orang itu terlahir sebagai muslim. Hanya saja TAKDIR lingkungan tumbuh kembang masing-masing orang itu berbeda. Ada yang tumbuh di dalam keluarga atheis, Kristiani, Budhis, dan sebagainya. Tapi untuk menjadi seorang muslim itu adalah pilihan dan hak semua orang tanpa terkecuali. Siapa pun bebas memilih dan memutuskan akan menjadi apa ia. Karena faktanya tidak semua yang terlahir dan di didik secara islami dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya bisa mencerminkan bahwa dia adalah seorang muslim. Mulai dari gaya hidup, pola pikir, dan lain-lainnya. Bahkan banyak muslim yang akhirnya mangkir dan berpaling dari Islam karena mereka belum memahami apa Islam sebenarnya. 

Wallahu a’lam bishowab

Semoga kita adalah orang yang bersyukur telah dikaruniakan nikmat Iman dan Islam ini, dan semoga Allah senantiasa menguatkan kita untuk tetap bisa Istiqamah dijalan-NYA. Aaamiiin.

Ramadhan Mubarrak, Semangat memperbaiki diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar