Hokay... Gue pingin ceritain kejadian na'as yang gue alami kemarin sore, supaya kalian (yang ngebaca tulisan ini) juga bisa mengambil hikmahnya (kalau sekiranya ada).
Ceritanya,
jam setengah lima gue berenti di sebelah Toko Buku Gunung Agung Kwitang yang
letaknya deket dengan kantor mualaf Tionghoa, ataunggak jauh dari lampu merah Pasar Senen arah kwitang/Tugu Tani
gitu lah. Tempatnya emang agak
sepi, tapi di belakang gue ada sekuriti yang standby di
depan kantornya, ada beberapa pedagang juga di pinggir jalan. Pokoknya depan-belakang gue masih bisa dibilang banyak orang.
Berhubung gue tahu bahwa
rawan buka hp di pinggir jalan, gue berenti dan menggiring motor gue ke depan rumah salah seorang warga. Gue parkir di trotoar, turun dari motor dan duduk
di bawah sambil nunggu konfirmasi di mana tempat pertemuan yang
sebenarnya antara gue dan temen-temen gue. Karena hampir setengah jam nggak ada kepastian akhirnya gue
kembali naik motor dan bersiap untuk pulang. Sebelumnya gue sempet WA
temen kosan, tapi belum sempet gue baca balasan WA nya, seseorang yang
ngebonceng sepeda motor dengan temennya datang dan mengambil hp gue.
Semuanya seperti slow motion.
Tadinya
gue pikir itu temen gue yang dateng dan lagi becanda, karena memang
kadang ada dari mereka yang suka iseng begitu juga. Sesaat gue senyum
ke arahnya dan dia
memang sempet senyum juga ke arah gue. Tapi pas gue sadar dia bukan
temen yang gue tunggu, otak gue langsung ngasih alarm bahaya. Spontan
gue turun
dari motor dan memegangi belakang motor mereka, sementara orang itu
tergopoh-gopoh membenarkan posisi duduknya. Sejauh itu gue masih
berusaha realistis dengan berteriak rampok-rampok dan mencoba
menjatuhkan motor mereka. Mereka juga sempat oleng sebelum akhirnya sang
pengendara yang di depan menancap gasnya membuat gue terhuyung,
nyungsruk dan sepertinya sempat
terseret beberapa jauh, dan akhirnya gue bener-bener nglepasin
pegangan gue dari motor itu.
Alhamdulillah gue sudah memakai helm,
sehingga yang terbentur aspal adalah helm gue. Seperti yang gue bilang,
gue mencoba realistis dengan tidak mengorbankan nyawa gue agar terus
terseret hanya untuk sebuah hp. Dan ternyata, serealistisnya orang
panik,
gue telah gagal realistis, karena gue nggak sempet liat Plat motornya.
Eh, lebih tepatnya, plat motornya nggak keliatan, atau memang nggak dipasang ya?
Orang-orang
baru datang pas gue udah bangkit dan membenarkan posisi jilbab dan
gamis serta rok gue yang udah bolong-bolong nggak karuan. Lagi-lagi
mereka nyalahin gue karena katanya gue nggak mau teriak,
padahal gue berani bersumpah bahwa gue udah teriak maksimal. Yang kenal
gue pasti ngertilah ya kualitas teriakan gue sekenceng apa. Dan lebih
mirisnya lagi, aksi gue melawan jambret yang tadi gue teriakan Rampok
itu malah dikira aksi opera sabun di mana gue lagi berantem sama pacar
gue dan gue narik-narikin motor pacar gue dengan histerisnya.
Baca ya...
Gue dikira berantem sama pacar gue!
Iyuuuhhhh...
yang bener aja?, masak gue selabil itu cuma buat cowok?, sampe
narik-narik motornya dan rela mengorbankan nyawa gue demi mengejarnya?
Lagian
mereka juga nggak mikir yak, Suami-Istri aja bisa kena UU KUHP tentang
KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), apalagi yang baru sebates pacaran?.
Kalau gue yang ngeliat mah, pasti gue lemparin pake sendal gunung atau
gue getok pake payung itu jambret (kalau sempet).
Hadeuh...
Pertama, Orang itu langsung datang dari arah belakang, mengambil hp gue dan seolah ingin menghipnotis gue sejak
pertama kali mereka datang. Kenapa gue bilang gitu?, karena pertama datang sang pelaku yang ngebonceng, sebut saja si A, dia langsung senyum dan menunggu respon gue, yang bodohnya gue balik senyumin karena mukanya familiar banget buat gue.
Kedua, menurut pengamatan gue mereka
mau ngambil motor gue. Karena sebelum gue teriak pas mereka sudah berhasil ngambil hp gue, si A juga nyaris turun dari atas motor, tapi berhubung gue sadar dan langsung teriak Rompak-rampok sambil megangin belakang motor mereka, mereka buru-buru kabur. Alhamdulillah, posisi baru selesai
tilawah pake hp itu, pikiran juga nggak lagi kosong, jadi Allah
benar-benar melindungi sekali, sehingga kalau beneran si A mau menghipnotis semuanya jadi nggak mempan.
Si A bahkan sempet ngeliatin gue lagi sebelum temannya benar-benar mempercepat laju motornya dan menjauh dari hadapan gue.
Bukan tanpa alasan ya gue megangin itu motor dan berusaha keras ngejatuhin motor itu, narik ke kiri dan ke kanan supaya ambruk. Walaupun ternyata sia-sia karena badan mereka jelas lebih super gede dari badan gue. Bahkan sekali kibas gue mungkin bakal ambruk. Tapi demi Allah, gue nggak akan ngebiarin gitu aja barang gue diambil orang tanpa perlawanan. Seenggaknya gue perlu melakukan perlawanan, supaya DIA nggak kecewa karena gue udah ngebiarin gitu aja barang titipan-NYA diambil orang (meskipun gue yakin DIA pasti sudah melihat semuanya).
Terakhir karena gue capek kebanyakan penonton malah nyalahin gue, sementara gue sendiri udah nggak mau ambil pusing dengan barang yang udah hilang, jadi gue memutuskan segera balik sebelum kuping gue panas dan berasap. Dengan gaya masih sama sok cool nya seperti saat pertama orang-orang ngerubungin gue, gue lajukan sepeda motor dengan sebelah tangan yang masih perih dan pegel.
Gue
hafal bener muka orangnya, mirip sama Bang Surya Bunting, eh, Surya Ginting tapi lebih
kurus dikit. Warna kulit dan tekstur wajahnya sama dah (Sori ye bang
nyaman situ sama jambret) heheheh.
Semaleman sampai hari ini pun gue masih berimajinasi terkait hal-hal yang seharusnya gue lakukan. Seharusnya gue nggak megangin bagian belakang motornya doang, melainkan mendorong mereka dari arah samping supaya mereka terjungkal dan kita guling-gulingan bareng di atas aspal. Seenggaknya itu lebih adil, supaya kita merasakan sakit yang sama. Setelah itu gue membayangkan gue nonjokin muka Si A dengan garangnya, kemudian orang-orang ngurusin yang B. Kemudian gue membayangkan ada adegan salah satu dari mereka mengeluarkan senjata, entah senjata tajam atau senjata api, mengambil sandra (yang jelas bukan gue), kemudian mengancam akan membunuhnya, sementara salah seorang darinya sudah babak belur dan dipegangi warga. Kemudian polisi datang, ada adegan tembak-menembak, dan byar!!!, gue sadar kalau itu terlalu mendramatisir. Cuma buat sebuah HP?, Oh please... ahaha, kebanyakan nonton dan baca action story ini mah. Tapi mungkin bisa gue praktekkan dilain waktu (dan sekali lagi, bukan gue korbannya).
Pokoknya
buat siapa pun, jangan ngeluarin hp di jalan raya kecuali penting.
Apalagi di lampu merah. BAHAYA! (padahal selama ini gue selalu
ngewanti-wanti diri gue sendiri soal ini dan selama ini pun gue selalu berhati-hati)
Yang
angkoters, keretaers juga sama. Di mana-mana mah sekarang rawan, jadi
lebih baik hati-hati aja. Apalagi jambret, copet di jalan sekarang tambah
pintar, pakaian mereka bukan baju kumal lagi, melainkan baju necis kayak orang berduit tapi ternyata penjahat. Penampilan banyak yang menipu coi.
Jambret,
begal dan penjahat jalanan sudah mulai berani beroperasi di siang
bolong, bahkan di tempat yang banyak orangnya. kita nggak tahu kapan
apesnya kita, jadi waspadalah! Waspadalah!
*Udah mirip bu Napi belum?
#ehh
Tetep ingat Allah di mana pun dan kapan pun, karena dengan begitu Allah akan menolong dan menyelamatkan kita dari mara bahaya.
Dan
buat kalian yang qadarullah udah pernah atau baru mengalami kehilangan
kayak gue atau justru lebih buruk, seng sabar ya. Nggak perlu nyalahin
siapa pun. Nggak usah dimasukin ke hati juga kalau sampai ada yang nyinyirin dan ngatain lo kurang sedekah, kikir dan sebagainya. Jangan sampai itu membuat lo sombong dan mengatakan kalau lo selama ini sudah sedekah, Zakat, dan sebagainya. Cukup Lo dan Allah yang tahu amalan-amalan istimewa lo itu apa aja. Syukuri, nikmati, introspeksi diri, dan jadikan ini sebagai
pelajaran. Anggap aja itu ongkos belajar yang belum tentu orang lain bisa dapetin, ya nggak? ^_^
*Bukan gue sok bijak ya... tapi kalau kita ikhlas lillahi ta'ala, maka barang kita yang hilang itu akan lebih bermanfaat, dan bisa jadi kita akan mendapatkan yang lebih baik, asalkan kita tetap berusaha dan terus berkhusnudzon sama Allah.
Terakhir
buat temen-temen gue yang suka bengong, protes, dan mempertanyakan kenapa kok
busana gue suka berlapis-lapis (celana panjang, rok, dan gamis), salah satu
hikmahnya ya itu tadi. Aurat gue masih bisa terselamatkan meskipun gamis
dan rok gue fix bolong sana-sini karena gesekan aspal. Dan cidera gue
juga sedikit berkurang karena terlindungi oleh busana ini.
Ya meskipun bengkaknya nggak bisa dihindari, meskipun malamnya gue mati-matian nahan sakit pada luka terbuka ditangan gue karena kena air wudhu dan obat merah, meskipun badan gue akhirnya tetep remuk dan bangun tidur udah mirip robot yang kehilangan tulang belulangnya (wah, nggak jelas banget analoginya ya?)
Tapi pakaian inilah yang menyelamatkan gue dari mengumbar aurat.
Okey guy's, itu ceritaku, mana ceritamu?
Ikhlasin yah...
BalasHapusMasih ada hp lain kan ?
Kalau gak ada, ukh boleh pakai 1 hp aku...
In Sha Allah akh Habibi
HapusBelum ada, tapi nggak mau pake barang orang lain juga, terlalu beresiko. Syukron ya atas tawarannya :D