Udah nonton video tentang
kesaksian Lukman Sardi, artis senior yang kini memilih menjadi orang yang
PERCAYA kan pastinya?, beberapa hari yang lalu juga gue udah nonton. Kecewa
pastilah, sebagai salah seorang muslim gue harus kecewa dan mungkin juga murka
atas pilihannya. Biar bagaimana pun gue tetep yakin bahwa hanya Islamlah satu-satunya
agama yang Rahmatan lil ‘alamin.
Katanya dia memutuskan untuk
menjadi orang yang PERCAYA sudah sekitar enam tahun yang lalu, Cuma baru
mendeklarasikannya sekarang. Yang bikin gue miris sih waktu dia bilang bahwa menjelang
wafat Idris Sardi, ayahnya yang juga merupakan musisi senior mengatakan bahwa
dia bangga dengan pilihan Lukman, dan diakhir video, Lukman menerangkan bahwa
dia bangga karena sang ayah menjelang akhir hidupnya diyakini Lukman telah
menjadi orang yang PERCAYA juga, sama sepertinya.
Kalau dari yang gue tangkep,
maksudnya ayahnya sudah mempercayai Yesus sebagai Tuhan, hanya belum murtad
secara langsung karena sudah keburu meninggal. Itu dari apa yang gue tangkep
dari videonya loh ya, kalian boleh punya persepsi sendiri dari ucapan Lukman
itu. Tapi gue nggak mau percaya gitu aja dengan kesaksiannya. Toh ayahnya sudah
meninggal, jadi nggak bisa ditabayun bener enggaknya pernyataan si Lukman ini.
Maklum ini hal yang sensitive, tentang sebuah kepercayaan, jadi gue nggak mau
berburuk sangka kepada Idris sardi hanya karena pernyataan anaknya yang sepihak
itu. Kalau Lukman mengatakannya ketika ayahnya masih hidup mungkin gue mau
memikirkan cara untuk tabayun ke ayahnya.
Lukman bukan artis pertama kok
yang memutuskan murtad, sebelumnya juga ada Asmirandah yang memutuskan murtad
setelah menikah dengan Jonas Rivanno. Bahkan Asmirandah sudah aktif ‘berdakwah’
dari gereja ke gereja untuk memberikan kesaksian atas kemurtadannya. Videonya
juga banyak di medsos.
Anggun juga bisa termasuk artis
yang murtad. Setelah melewati masa pencarian, akhirnya dia memutuskan untuk
berlabuh pada keyakinannya yang sekarang. Dan masih ada lagi yang lain.
Banyak ya ternyata artis yang
murtad?, ember!. Nggak usah jauh-jauh deh ngomongin artis. Saudaranya temen gue
juga ada yang murtad. Yang satu nikah sama bule, di ajak suaminya ke Eropa dan
tinggal di sana, pas balik udah murtad. Padahal nikahnya dulu secara islami,
suaminya sudah sempet bersyahadat karena orang tua si cewek nggak mau punya
mantu non muslim. Tapi apa daya?, cewek kalau udah punya anak dan nggak kuat
iman pasti berat, mau milih agama apa suami. Dan karena alasan-alasan
kenikmatan duniawi akhirnya banyak yang memilih suami ketimbang mempertahankan
keyakinannya. Contohnya lagi adalah saudara temen gue yang lain.
Nikah sama lelaki non muslim, sampai sekarang biaya hidupnya ditanggung oleh
gereja dengan syarat dia mau memberikan kesaksian dan ‘berdakwah’ dari gereja
ke gereja. Atau ada juga yang murtad karena kecewa dengan orang muslim yang
lain.
Masih banyak lagi kok orang-orang
yang murtad karena iming-iming harta dan kenikmatan dunia lainnya, termasuk apa
yang disebut dengan cinta. Mungkin itu sebabnya, banyak orang tua yang nggak
setuju anaknya menikah sama non muslim karena khawatir anaknya ini akan murtad
suatu saat. Dan nggak bisa juga orang tua sembarangan mengajukan syarat agar
calon mantunya itu bersyahadat hanya agar pernikahan mereka bisa disahkan.
Karena banyak juga kasus, setelah menikah maka mereka akan kembali kepada
keyakinan mereka yang dulu, bahkan sampai mengajak anak-istri atau sumai mereka untuk
mengikuti kepercayaan mereka. Ya begitulah kalau bersyahadat bukan karena
lillahi ta’ala. Agama dijadikan sebagai sebuah permainan atau ajang sandiwara belaka.
Coba deh lihat orang-orang di
sekitar kita, jangan-jangan banyak juga yang murtad tapi kita nggak tahu, atau memang
kita yang nggak mau peduli dengan hal-hal semacam ini. Jangan-jangan sekarang
sudah banyak yang bilang bahwa ini “Bukan urusan saya” terhadap keadaan iman
saudaranya. Na’udzubillah tsumma na’udzubillah…
Marah, geram, dan jijik mungkin
adalah hal-hal yang gue rasakan ketika mendengar kemurtadan. Oh come on!,
silahkan katakan gue fanatik atau apalah, toh gue yakin, orang-orang di sebelah
sana (yang bersebrangan keyakinannya dengan gue) pasti juga akan merasakan hal
yang sama seperti yang gue rasakan ketika ada pengikutnya yang murtad dan
memutuskan masuk islam. Gue nggak suka dengan murtadnya mereka, tapi gue juga
nggak mau menghina, menghakimi dan mencaci mereka hanya karena kini kita
berbeda kepercayaan. Gue justru muak dengan orang-orang yang menghina dan
menghakimi orang lain, apapun alasannya. Seringkali juga gue berfikir; ‘Oh,
pantes aja mereka tambah mantep murtad, lha wong yang muslimnya aja kebangetan
responnya. Bukannya membangun komentar yang positif dan membangun, malah
ngatain nggak jelas.’
Menurut gue karena kenyinyiran beberapa
muslimin ketika melihat satu-dua orang yang murtadlah yang membuat mereka
menjadi semakin tidak respek lagi dengan islam. Sebagai contoh ketika kasusnya
Asmirandah. Media terlalu membesar-besarkan berita, sampai perseteruannya
dengan sang ayah pun diberitakan dan dikomentari oleh publik. Kalau gue jadi
andah pasti gue juga gerah dan muak atas segala jenis pemberitaan. Biar
bagaimanapun kan dia membutuhkan privasi.
Ayolah… apa sih hak kita sehingga
kita berani menghakimi orang lain?, siapa juga kita sehingga berani mencaci dan
menghina mereka?. 'We are nothing man!, we are zero
without Allah azza wajalla!'
Siapa sih yang bisa ngejamin bahwa keimanan
kita ini bisa bertahan selamanya?, siapa sih yang bisa ngejamin bakalan bisa
ngejaga nikmat iman dan islam yang udah Allah kasih cuma-cuma?. DIA itu Maha
Pembolak-balik hati, nggak cukup kita ngomong ‘Saya Beriman’ melainkan Allah
pasti bakal mengujinya terlebih dahulu dengan berbagai macam cara.
Hari ini gue muslim, besok, lusa,
siapa tahu?
Gue bukannya ngarep bakalan
murtad, bukan!. Na’dzubillahi mindzalik malahan. Tapi gue cuma nggak mau aja
orang-orang muslim terutama orang-orang di sekitar gue, menanggapi hal semacam
ini dengan cara yang kampungan. Menghujat satu sama lain dan menganggap bahwa
dirinya yang paling benar, sementara sendirinya belum tentu sudah menjadi
muslim yang baik. Ini perkara hati, ini perkara iman, ini perkara hidayah, dan
ini jelas-jelas hak prerogatifnya Allah, jadi nggak usah sombong karena memang
kita nggak punya apa-apa untuk disombongkan.
Masih ingetkan kisah Abu Thalib?,
paman nabi yang hingga ujung usianya belum juga bersyahadat atau memeluk islam
meskipun beliau adalah salah satu orang yang paling membela dan mendukung nabi.
Menurut lo kenapa bisa sampai kayak gitu?, apa karena Rasulullah yang kurang
niat dalam berdakwah?, enggak juga. Rasulullah selalu mengajak pamannya ini
untuk mengikuti jalannya. Rasulullah bahkan sedih dan terpukul ketika pamannya
ini wafat sebelum memeluk islam. Kemudian Allah menyadarkan Rasulullah, bahwa
hidayah itu bukan urusannya, melainkan urusan Sang Pencipta dengan ciptaannya
langsung.
Jadi kalau sekelas Abu Thalib
yang turut terlibat langsung dalam dakwah Rasulullah di awal kenabian saja
belum tentu mendapatkan hidayah, apalagi sekelas Lukman Sardi atau orang-orang
lain jaman sekarang?. Dari pada sibuk menghakimi yang di luar batas kemampuan
diri, mengapa kita tidak berlelah-lelah untuk mendo’akan mereka dan orang-orang
di sekitar kita saja? agar Allah memberikan hidayah-NYA kepada mereka, dan
semoga Allah melenyapkan kesombongan yang ada dalam diri. Kita tidak boleh lupa
untuk terus meminta agar nikmat Iman serta Islam yang kita telah miliki ini, bisa
kita jaga dan mempertahankannya hingga akhir penghambaan di dunia ini.
Oya, pernah dengar pepatah gugur
satu tumbuh seribu?
Ya anggap aja Dian Sastro
Wardoyo, Marsha Timothy, Bella Safira, Marcel, Diego, Muhammad Ali, dan
sejumlah artis lain yang memutuskan menjadi muallaf itu adalah pengganti
saudara kita yang murtad itu, belum lagi dengan para muallaf dari berbagai
penjuru dunia yang dikabarkan terus meningkat. Jadi kita tidak perlu berkecil
hati. Dan semoga Islam tidak hanya Berjaya dari segi kuantitas, tetapi juga
kualitas.
Tadinya gue udah mau masukin
Tyrese Gibson, salah satu pemain Fast Furious. Tapi ternyata do’I sudah
klarifikasi terkait isu yang beredar bahwa dia telah menjadi muallaf.
atau baca aja dah twitternya dia di sini https://twitter.com/Tyrese
Duh, kadang gemes ya, sama
orang-orang yang hobi banget nyebarin berita viral tanpa mau klarifikasi
terlebih dahulu. Padahal kan hal semacam ini bisa aja menimbulkan konflik dan
merugikan orang lain atau pun diri sendiri.
Okay, at last, mungkin lo udah pernah dengar ini. Pun menurut gue juga, pada dasarnya
semua orang itu terlahir sebagai muslim. Hanya saja TAKDIR lingkungan tumbuh kembang
masing-masing orang itu berbeda. Ada yang tumbuh di dalam keluarga atheis, Kristiani,
Budhis, dan sebagainya. Tapi untuk menjadi seorang muslim itu
adalah pilihan dan hak semua orang tanpa terkecuali. Siapa pun bebas memilih dan memutuskan akan menjadi apa ia. Karena faktanya tidak
semua yang terlahir dan di didik secara islami dalam menjalankan kehidupan
sehari-harinya bisa mencerminkan bahwa dia adalah seorang muslim. Mulai dari gaya
hidup, pola pikir, dan lain-lainnya. Bahkan banyak muslim yang akhirnya mangkir
dan berpaling dari Islam karena mereka belum memahami apa Islam sebenarnya.
Wallahu a’lam bishowab
Semoga kita adalah orang yang
bersyukur telah dikaruniakan nikmat Iman dan Islam ini, dan semoga Allah
senantiasa menguatkan kita untuk tetap bisa Istiqamah dijalan-NYA. Aaamiiin.
Ramadhan Mubarrak, Semangat
memperbaiki diri.