Aku
benci langit disini, karna hampir tak pernah ia berbintang. Tak seperti langit
di kampung halamanku. Di sana terdapat banyak ratusan, ribuan, bahkan jutaan
bintang setiap harinya (terkecuali musim hujan). Hampir setiap malam, sepulang
mengaji atau dari surau, aku dan teman-temanku berkumpul untuk menatap bintang.
Kami menikmati malam-malam seperti ini. Rumahku selalu menjadi basecamp, karna
selain letaknya sentral, juga didepan rumahku terdapat pohon rambutan yang
rindang, dibawahnya terdapat semacam bangku panjang dari kayu. Jadilah setiap
hari kami menikmati bulan dan bintang dilangit malam sambil ngobrol
kesana-kemari, hingga satu persatu dari
mereka dipanggil oleh orang tua mereka untuk pulang karna hari sudah semakin
larut. Diantara kami, ada seorang anak yang sangat dimanja oleh keluarganya.
Saking sayangnya, seringkali ia dilarang berlama-lama diluar rumah, Mia
namanya. Dia adalah yang paling terkecil diantara kami berempat. Asti dan Rina
seumuran, hanya Asti pernah tinggal kelas, jadi ia menjadi adik kelas Rina.
Sementara aku, berada dua tahun diatas mereka. Sebagai yang tertua, mereka
lebih sering curhat dan minta pendapat kepadaku.
Pernah
suatu ketika kami membuat tenda-tendaan menggunakan terpal disamping rumahku. Kami
berkumpul didalam tenda yang hanya diterangi sebatang lilin kecil. Malam itu
kami berniat tidur ditenda yang kami buat dengan susah payah. Asti membawa
makanan kecil buatan ibunya, namanya Loyang. Loyang adalah makanan yang terbuat
dari nasi yang di jemur sampai kering. Setelah nasi itu kering digoreng dan
ditaburi sedikit garam. Rasanya gurih dan asin, sejak dulu, ini menjadi salah
satu cemilan favoritku. Kembali ke malam itu, ketika kami tengah becanda, Mia
dijemput oleh ibunya untuk pulang, meskipun sebenarnya dia juga ingin tidur
ditenda, namun dia tidak bisa membantah dan mengikuti ibunya pulang. Tinggallah
kami bertiga, dan tak lama kemudian Rina juga dipanggil ibunya untuk pulang.
Sedikit galau, akhirnya dia juga ikut pulang. Tinggallah aku dan Asti berduaan
di tenda. Sambil ngobrol dan kecewa karna dua teman kami pulang, akhirnya kami
memutuskan tidak jadi tidur ditenda. Asti pulang setelah Loyang kami habis.
Aku
merindukan bintang-NYA. Setelah lebih dari 5 tahun dalam perantauan, aku
benar-benar merindukannya.
“Bintang
!!!”
Biasanya
aku akan berteriak riang dengan teman-temanku, terlebih ketika bulan sabit
muncul bersama bintang. Benar-benar anggun dan mempesona. Meski kami hanya
dapat bertemu minimal setahun sekali untuk berbagi cerita bersama bintang, kami
mencoba untuk tetap menikmatinya. Mensyukuri kebersamaan kami ayng sudah
semakin jarang.
Akhir-akhir
ini aku benar-benar semakin merindukan bintang. Juga kawan-kawan kecilku. Kini
kami telah berpisah. Entah karna kesibukan kami masing-masing atau apa,
jangankan untuk bersama melihat bintang dibawah pohon rambutan ini, sekali
dalam setahun untuk berkumpul pun rasanya semakin sulit. Rina sudah menikah dan
tengah mengandung anaknya yang pertama, Asti sibuk bekerja di Semarang, Mia
tengah sibuk kuliah dan lebih senang berkumpul dengan teman-teman kuliahnya,
dan aku? Seperti biasa aku tengah sibuk merajut dan meniti mimpi-mimpiku.
Bintang…
Tetaplah
kau di sana, menemaniku kala aku merasa sepi dan merindukan mereka.
Bintang…
Dengan
menatap indahmu, aku semakin bersyukur dan dapat lebih mencintai-NYA
Jadi
tetaplah kau di sana, membantuku mensyukuri rahmat-NYA
Bintang……….
Gn.Prau |
21
Januari 2014