Kamis, 03 Juli 2014

Bintang



Aku benci langit disini, karna hampir tak pernah ia berbintang. Tak seperti langit di kampung halamanku. Di sana terdapat banyak ratusan, ribuan, bahkan jutaan bintang setiap harinya (terkecuali musim hujan). Hampir setiap malam, sepulang mengaji atau dari surau, aku dan teman-temanku berkumpul untuk menatap bintang. Kami menikmati malam-malam seperti ini. Rumahku selalu menjadi basecamp, karna selain letaknya sentral, juga didepan rumahku terdapat pohon rambutan yang rindang, dibawahnya terdapat semacam bangku panjang dari kayu. Jadilah setiap hari kami menikmati bulan dan bintang dilangit malam sambil ngobrol kesana-kemari, hingga satu persatu  dari mereka dipanggil oleh orang tua mereka untuk pulang karna hari sudah semakin larut. Diantara kami, ada seorang anak yang sangat dimanja oleh keluarganya. Saking sayangnya, seringkali ia dilarang berlama-lama diluar rumah, Mia namanya. Dia adalah yang paling terkecil diantara kami berempat. Asti dan Rina seumuran, hanya Asti pernah tinggal kelas, jadi ia menjadi adik kelas Rina. Sementara aku, berada dua tahun diatas mereka. Sebagai yang tertua, mereka lebih sering curhat dan minta pendapat kepadaku.
Pernah suatu ketika kami membuat tenda-tendaan menggunakan terpal disamping rumahku. Kami berkumpul didalam tenda yang hanya diterangi sebatang lilin kecil. Malam itu kami berniat tidur ditenda yang kami buat dengan susah payah. Asti membawa makanan kecil buatan ibunya, namanya Loyang. Loyang adalah makanan yang terbuat dari nasi yang di jemur sampai kering. Setelah nasi itu kering digoreng dan ditaburi sedikit garam. Rasanya gurih dan asin, sejak dulu, ini menjadi salah satu cemilan favoritku. Kembali ke malam itu, ketika kami tengah becanda, Mia dijemput oleh ibunya untuk pulang, meskipun sebenarnya dia juga ingin tidur ditenda, namun dia tidak bisa membantah dan mengikuti ibunya pulang. Tinggallah kami bertiga, dan tak lama kemudian Rina juga dipanggil ibunya untuk pulang. Sedikit galau, akhirnya dia juga ikut pulang. Tinggallah aku dan Asti berduaan di tenda. Sambil ngobrol dan kecewa karna dua teman kami pulang, akhirnya kami memutuskan tidak jadi tidur ditenda. Asti pulang setelah Loyang kami habis.
Aku merindukan bintang-NYA. Setelah lebih dari 5 tahun dalam perantauan, aku benar-benar merindukannya.
“Bintang !!!”
Biasanya aku akan berteriak riang dengan teman-temanku, terlebih ketika bulan sabit muncul bersama bintang. Benar-benar anggun dan mempesona. Meski kami hanya dapat bertemu minimal setahun sekali untuk berbagi cerita bersama bintang, kami mencoba untuk tetap menikmatinya. Mensyukuri kebersamaan kami ayng sudah semakin jarang.
Akhir-akhir ini aku benar-benar semakin merindukan bintang. Juga kawan-kawan kecilku. Kini kami telah berpisah. Entah karna kesibukan kami masing-masing atau apa, jangankan untuk bersama melihat bintang dibawah pohon rambutan ini, sekali dalam setahun untuk berkumpul pun rasanya semakin sulit. Rina sudah menikah dan tengah mengandung anaknya yang pertama, Asti sibuk bekerja di Semarang, Mia tengah sibuk kuliah dan lebih senang berkumpul dengan teman-teman kuliahnya, dan aku? Seperti biasa aku tengah sibuk merajut dan meniti mimpi-mimpiku.
Bintang…
Tetaplah kau di sana, menemaniku kala aku merasa sepi dan merindukan mereka.
Bintang…
Dengan menatap indahmu, aku semakin bersyukur dan dapat lebih mencintai-NYA
Jadi tetaplah kau di sana, membantuku mensyukuri rahmat-NYA
Bintang……….
 
Gn.Prau

 21 Januari 2014