Pernah berhubungan entah temenan,
kenalan atau cuma sekedar berinteraksi sesaat sama yang namanya orang yang
nggak peka?
Kalau jawabannya belum, gue kasih
lo ucapan selamat, dan itu berarti lo harus banyak-banyak bersyukur nggak harus
bertemu dengan salah satu species makhluk ciptaan Tuhan yang menyebalkan.
Kalau
jawabannya pernah, berarti… berarti kita senasib. Hanya mungkin kadar apes
nya beda-beda. Eh, Astaghfirullah… bukan apes juga sih, cuma kadar ujiannya
yang berbeda. Biar gimanapun kan mereka saudara seiman juga.
Allah itu Maha Tahu binggo ya.
Gue yang suka bodo amat (cuek kelewatan) dengan tingkat kesabaran yang setebal
papan triplek, ternyata harus banyak berhubungan dengan orang yang nggak peka dan memiliki kadar kesensitifan yang tinggi. Terkadang kesensitifan mereka itu melebihi babon yang abis lahiran (ya sensitive
banget gitu, padahal orangnya mah asli kelewatan nggak pekanya, nggak sadar
diri banget kan?, emang iya. #ehh).
Contohnya aja nih, dalam sebuah kelompok (sori, gue bukan alay yang masih suka geng-gengan). Awalnya gue masih nyaringlah apa yang mau gue omongin, mengingat gue belum
terlalu akrab dengan para member. Tapi lama-lama eneg juga setiap kali ada
urusan yang penting yang seharusnya mereka pada aktif ngomong tapi malah diem
aja. Sekali-dua kali bisa lah ya nyabar-nyabarin diri, meskipun sebenernya udah
geregetan pingin gigitin burger, eh malah beneran pada diem. Disindir
secara halus…. banget, nggak mempan, udah dipancing-pancing, umpannya nggak
kena. Mengingat intensitas komunikasi kita lebih sering grup WA, jadi kita sering kopdaran supaya komunikasi kita tetep seimbang, anata online dan offline. Tapi pas pada ketemuan, eh masih pada bungkam juga. Arggghhhh lama-lama
bukan cuma burger sama pizza yang gue makan, tapi juga mereka!
Jadilah di grup itu gue bikin
pengumuman, bahwa gue capek main kode-kodean,
Gue capek main sindir-sindiran,
Gue capek, berhubungan sama
mereka yang NGGAK PEKA,
Gue capek, gue makan ati, gue….
Udah
bingung harus menggunakan bahasa apa untuk berkomunikasi dengan mereka
Gue nggak mau ada dusta diantara kita
*nangis kejer
Jadi gue meminta ijin (ngasih pengumuman sih lebih tepatnya) untuk
ngomong tanpa tedeng aling-aling. Gue nggak akan ngomong pake bahasa kodingan,
bahasa tubuh, apalagi bahasa Qalbu. Gue akan ngomong straight to the poin, baik
mereka suka atau enggak suka gue nggak akan peduli. Gue akan ngomong dengan
cara yang bisa membuat mereka ngerti apa mau gue. Menurut gue, kalau cara
baik-baik mereka nggak ngerti, berarti memang harus dengan cara yang nggak
biasa.
Dan mereka pun menyadari dan mengakui
bahwa mereka memang nggak peka, mereka juga sepakat, nggak keberatan dan mengijinkan gue untuk
ngomong to the poin.
Alhamdulillah… gue sempet
kepikiran buat sujud syukur atas diterimanya ide menyakitkan itu.
Awalnya semua berjalan seperti
biasa. Karena capek harus ngingetin terus-terusan, akhirnya gue nggak peduli mereka mau ngomong atau enggak setiap kali ada masalah,
toh selama ini memang mereka paling jago diem walau udah ditunggu-tunggu buat
ngomong. Dan setiap kali dipaksa ngomong dengan cara yang seharusnya bisa
membuat mereka ngomong, paling ujung-ujungnya mereka ngatain gue galak,
mulai berani nyindir-nyindir seolah gue nggak bakal peka kayak mereka. Hell to the low-
Hellowwww, kita beda ya… B-E-D-A!, cukup lo aja yang nggak peka.
Terkadang (eh sering ding), Gue
suka mancing-mancing mereka dengan cara menjatuhkan mereka. Dengan harapan
mereka bakal marah ke gue, atau minimal melakukan pembelaan dirilah. Tapi toh
nyatanya mereka cuma diem, dan gue baru tahu kalau buat melakukan pembelaan diri
aja mereka masih ogah-ogahan. Sumpah, males gila sama orang-orang pasif begini.
Berasa tinggal sama patung.
Aduh... Please deh ya, STOP berlindung dari sebuah hadits yang mengatakan diam adalah emas, Innallaha ma'a shobirin, atau jargon yang mengatakan bahwa mengalah bukan berarti kalah. Anak SD juga tahu itu. Tapi semua itu ada tempatnya kali... dan sebagai orang dewasa yang nggak bisa menempatkan diri?, itu sungguh terlalu!. *Gaya bang Roma
Kalau dihitung-hitung, kayaknya
udah nggak keitung, berapa kali gue merendahkan mereka. Gue berharap, dari
mereka bakal ada yang tabayyun, minimal nanya tujuan gue itu apa bersikap
begitu, tapi toh sepertinya sampai bumi gonjang-ganjing mereka bakal tetap diem
dan lagi-lagi cuma berani ngomongin gue di belakang. Hahaha... payah payah payah.
Ada… juga, yang setiap kali
ditegur,selalu berpikirnya bahwa gue sedang tersinggung. Sumpeh broh, gue suka
ngomelin dia yang kebangetan polosnya, kebangetan ‘baeknya’, kebangetan…
kebangetannya deh. Maksud gue sih supaya dia sadar bahwa yang dilakukannya itu
salah, eh alih-alih dia sadar, malah selalu berakhir dengan dia yang meminta
maaf. Bukan karena dia sadar dan mengakui kesalahannya, tapi karena dia nggak
enak hati atau takut gue tersinggung. *capek deh...
Apa-apaan coba dia begituh?. Pingin
duet sama Gita Gutawa sambil nyanyi:
“Pergi kau ke ujung Dunia… hypothermia
di Kutub Utara…
Hilang di… Samudra Antartika….
Dan Jangan kembali !!!
Kamu kebangetan Sip
Dasar kurang inisiatip
Dasar enggak peka sip”
#plakk, back to earth tiii!!! Malah
nyanyi -_-'
Gue sempet ngerasa dikhianati sih
sebenernya. Karena di awal mereka setuju-setuju aja kalau gue ngomong to the poin, eh
di belakang malah pada mengungjingkan diriku, mewek-mewek nggak jelas ngomong ini itu. Lucu binggo pas tahu apa yang terjadi di balik layar. Nggak nanya nggap apa. Tapi ya sudahlah. Walaupun sebenernya aku nggak bisa diginiin.
Mungkin aku… bukan pujangga, yang
pandai merangkai kata…
*watdezing!!! (ditendang ke kutub
utara)
Bodo Amat mereka mau ngomong apa,
gue nggak mau terlalu peduli. Toh selama ini mereka juga nggak peduli dengan
perasaan gue. #diamahgituorangnya
Eh enggak-enggak. Gue nggak bisa
bodo amat. Gue nggak suka lari dari masalah dan menjadikan diri gue sendiri sebagai
seorang pengecut. Gue harus meyakinkan diri bahwa gue bukanlah ababil yang suka
sindir-sindiran di sosmed. Ngeladenin komentar-komentar nggak penting yang
mampir supaya dibilang kece. Nggak, gue nggak akan kaya gitu, karena tanpa
begitu pun semua juga tahu bahwa gue emang kece dari sononya. *halah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar