Rabu, 15 April 2015

Allah: "Yahudi dan Nasrani, Mereka tidak akan pernah berhenti sampai..."


http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/2_120.png








"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (Qs. Al-Baqarah:120)


Sekilas tentang makna ayat ini. ولن (artinya: tidak akan) di awal kalimat disini, menunjukkan sebagai sesuatu yang bersifat terus menerus, dari dulu, sekarang bahkan hingga berakhirnya kehidupan di dunia ini. Artinya, Orang-orang Yahudi dan Nasrani, tidak akan berhenti mengajak, mengganggu, bahkan memaksa kita (Umat Islam) untuk mengikuti ajaran mereka, sampai akhirnya mereka sanggup membuat umat muslim berpaling dari ajaran Rasulullah dan mengikuti kemauan (ajaran, kebiasaan, dll) mereka, dalam hal apapun!

Sebagai contoh dalam perekonomian. Jelas, Allah mengharamkan Riba, tapi bagaimana kenyataan di lapangan saat ini?, mayoritas Muslim sudah tidak mempedulikan lagi larangan Allah, mereka memakan uang hasil riba dan mengikuti berbagai macam praktik riba, seperti kredit rumah yang ternyata tidak menggunakan sistem syari'ah, leasing motor, kredit hp, dan lain-lain. Juga dalam hal perdagangan, banyak pedagang yang tidak lagi menggunakan prinsip syari'ah yang Rasulullah contohkan. Alhasil, praktik Riba yang Allah sendiri melaknatnya, menjadi hal yang biasa dimata manusia.

Allah Azza Wajalla berfirman:
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/2_275.png
http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/2_276.png



"orang-orang yang makan [mengambil] riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syetan lantaran [tekanan] penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata [berpendapat] sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. padahal Allah telah meng halalkan jual beli dan meng haramkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya lalu terus berhenti [dari mengambil riba] maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu [sebelum datang larangan] dan urusannya [terserah] kepada Allah. orang yang kembali [mengambil riba], maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka. mereka kekal didalamnya. Allah memusnakan riba dan menyuburkan orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa." (Al Baqarah:275-276)

Begitu juga dalam pergaulan sehari-hari. Bagi umat muslim, ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar dan diabaikan begitu saja. Allah sudah mengatur hubungan antar manusia (habluminannas) antara laki-laki dan perempuan. Ada larangan bagi muslimah agar tidak menampakkan auratnya (seluruh anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan), bukan untuk mengekang atau mendiskriminasikan wanita, melainkan untuk kebaikan bagi muslimah itu sendiri, untuk memuliakan wanita. Bahkan berdasarkan penelitian para ahli kesehatan, berhijab ternyata memiliki berbagai macam manfaat. Begitupun dengan lelaki,  mereka diajarkan untuk selalu menjaga pandangannya, menahan nafsunya,karena jika seseorang mengumbar nafsunya justru akan berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain.

Tapi bagaimana faktanya saat ini? Muda-mudi tanpa malu bergandengan tangan, hiha-hihi di pinggir jalan, bermesraan di depan umum tanpa tahu malu. Orang tua yang anaknya tidak memiliki pacar dianggap memalukan dan tidak laku-laku, sementara yang berpacaran dianggap membanggakan. See? ukannya ini juga sudah bisa dikatakan bahwa umat muslim sudah mulai mengikuti budaya BYahudi dan Nasrani? Belum lagi dengan adanya ajang mimisan #ehh, miss-miss-an. yang mana seringkali kemolekan tubuh dianggap sebagai modal utama yang dijadikan sebagai bahan penilaian. Aneh bukan? Padahal pertama kalinya dulu ajang sejenis diselenggarakan untuk kontes anjing, tapi sekarang justru digunakan untuk mengeksploitasi wanita, dan amazingnya lagi, jika ada ulama yang memprotes dan mengecam kontes-kontes sejenis justru dianggap sebagai orang kuno, primitif, anarkis, kampungan, bahkan tak jarang berakhir dengan pembulian dan mengecapnya sebagai orang yang munafik.

Andai mereka tahu bahwa dulu, ketika pertama kali Rasulullah menyampaikan wahyu tentang kewajiban berhijab, banyak muslimah yang waktu itu hidup berkecukupan (cukup makan sehari atau berhari-hari sekali), mereka langsung menyambar kain apa pun untuk menutupi kepala mereka. Mulai dari kain gorden, selimut, dll, sementara sekarang? Duit mah banyak, tapi buat beli baju aja masih kekurangan bahan.

Cukup itu saja sebagai contoh, sekarang coba kita renungkan, berapa banyak lagi perintah Allah yang kita abaikan?

Di akhir ayat dijelaskan kembali, bahwa petunjuk Allah itulah yang benar dan terbaik, karena DIA tidak mungkin menjerumuskan hamba-Nya. Hanya saja kita yang enggan mencari kebenerannya, padahal Allah sudah memberikan ilmu di depan mata.

adakah nikmat-NYA itu terlalu sedikit, atau memang hati kita yang benar-benar sudah mati, hingga petunjuk dan perintah-NYA pun tak kita pedulikan?


Rabbana dzalamna anfusana, waillam taghfirlana, watarhamna, lanakunana minal khosirin...

"Wahai tuhan kami,kami telah bersalah(menganiyaya diri kami sendiri).Dan sekirannya engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepada kami,niscaya dan pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar