Senin, 09 Februari 2015

Dear my Lovely Bro...

Harus mengatupkan gigi ini rapat-rapat dan berusaha untuk tidak mendongakkan kepala, tidak memandang lelaki disebelah yang tengah menunaikan shalat maghrib (kau tahu?, ini sangat susah!)

teringat beberapa waktu silam, bertahun-tahun yang lalu tepatnya, ketika kami masih sama-sama usil

dia akan tertawa terbahak dan membatalkan shalatnya hanya karna ku dongakkan kepalaku, memandang kearahnya dengan puppy eyes dan senyum devil,  menggodanya saat shalat. Dia akan tertawa, mengusirku atau pindah ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.

Lelaki yang dulu suka marah-marah ketika adik perempuannya ini bertingkah seperti layaknya laki-laki. Memanjat pohon, masih keluyuran menjelang maghrib, tertawa terbahak dan menyanyi dengan suara keras di pinggir jalan, main di sawah, menunggang kerbau, memanen tebu dan singkong di kebun orang, ikut mencari uang tambahan dengan memanen melinjo dikebun simbah bahkan nyaris sekarat karna terjatuh dari pohon setinggi dua-sampai tiga meter sampai membuat waiyem pucat-pasi, ketakutan setengah mati, dan seketika itu juga dia mijitin aku yang sesak nafas (ini rahasia aku dan waiyem sebenarnya)

adiknya yang selalu menjadi kepala suku bagi anak-anak kecil dan memimpin petualangan-petualangan kecil ketengah kebun yang tak pernah kami lewati, dan bersusah-payah mencari jalan pulang!

Dia akan marah, menyuruhku diam dan menjadi anak perempuan baik-baik, meskipun dia tahu dia gagal. Karena aku hanya akan bungkam ketika dia sudah memandangku dengan mata merahnya, tak marah dengan memaki

Dia, keras hanya di luar, tapi lembut dan penuh perhatian di dalam.

Dia pernah menyogok ku dengan fried chicken pinggir jalan (waktu itu makanan ini sangat istimewa), ketika dia tak menjemputku yang pulang kesorean lantaran mengikuti mencari jejak ketika SMP (lebih tepatnya dia sudah menjemputku, hanya tak mau sedikit menunggu lebih lama karena dia sudah punya janji dengan kawannya). Aku mendiamkannya, tapi dia terus tersenyum dan meminta maaf, berulangkali mencoba menjelaskan semuanya

sudah lama ya mas, kita  tak lagi naik sepeda bersama (aku duduk di stang sepeda, sementara kau mengemudi kencang dengan adikmu yang lain membonceng dibelakang. Dan saat melewati  jundalan atau jalan tak rata, bahkan tanah becek, kita akan berteriak bersama, atau jika beruntung, terjungkal dari sepeda entah dengan posisi bagaimana, dan kemudian akan disambut dengan tawa yang tak dapat diartikan. antara sakit dan bahagia

terimakasih mas, abang, kakak, atau apapun namanya

terimakasih pernah mengantarku ke sekolah dengan motor butut, bahkan sampai kuliah disini pun tak jarang aku menyusahkanmu. Menembus hujan lebat, ban motor bocor, dan kedinginan di bawah halte saat mengantarku untuk mengejar dosen pembimbing.

Terimakasih atas curahan kasih sayang yang meski tak pernah kau tunjukkan, namun selalu membuatku merasa wajib untuk selalu bersyukur. Bersyukur karena Allah mentakdirkanmu menjadi keluargaku, kakakku.

Meskipun ku tak tahu, kau entah kapan akan membaca ini, tapi aku ingin mengatakan ini,
"Aku Menyayangimu"

meskipun kasih sayangku tak sebesar kasih sayang yang kau miliki dan berikan kepadaku.

Semoga sampai kelak, kau tak akan pernah kecewa padaku, apapun yang terjadi.

tak peduli rendahnya pendidikanmu, apa pekerjaanmu

Aku ingin selalu menyayangimu

Mas,
Jadilah suami dan ayah yang shalih lagi men shalihkan anak dan istrimu suatu saat nanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar