Minggu, 01 Februari 2015

Pagi ini bahkan dimulai terlalu pagi dari jadwal biasa.
Pukul 06.00 sudah berangkat ke kantor. Bukan, gue bukan pegawai rajin yang rela masuk dihari libur. Meskipun faktanya tak jarang juga ke kantor hari sabtu atau ahad. Pagi ini gue ke kantor untuk menitipkan motor, dan selanjutnya gue naik metromini ke lampu merah Matraman, janjian sama sama temen untuk mengikuti pelatihan memanah di Pasar Rebo.

"grek.. ng..  grek" gue menoleh ke belakang dan mendapati bibir sebuah mobil sport silver nempel dibelakang si Ojan (Fauzan;motor bokap).

Dengan pelan gue majuin motor, sementara si empunya mobil memundurkan mobilnya. Segera gue pinggirin motor buat "ngobrol" dengan bapak atau kakek dalem mobil, karena Qadarullah spakboard  (maaf kalo salah sebut) motor sama plat-platnya masuk kedalem (mblesep)  ke atas ban.  Ibarat hidung mancung berubah pesek gara-gara kena bogem keras. Tapi baru gue turun dan mendekati mobil, dia malah komat-kamit baca mantra sambil tancap gas.

Astagfirullah...

beberapa orang sampe ngeliatin, untung masih sepi, jadi belum banyak orang dan gak mengundang keramaian. Gue hanya dapat memandangi mobil itu berlalu, sampai benar-benar menghilang (mirip orang yang lagi patah hati melepas kekasihnya pergi) #korbanfilm

Kejadian pagi itu sudah menghilangkan sebagian mood gue. Dengan pelan gue lanjut jalan ke kantor. Sesuai rencana gue langsung nitipin motor dan balik ke jalan raya buat nunggu metromini.

Di tengah perjalanan...

"Bawa helm kan, ane cuma bawa satu?"

Yassalam, kenapa gue malah lupa sama helm ya?

"gak." sambil liat jam
"ya udah duluan aja deh, ane ikut next time aje." langsung tutup hape dan balik ke kantor.

"Bagus, beneran ilang mood gue!" ngomong sama aspal

Gue abaikan beberapa sms berikutnya dari temen gue itu, karena kalau diterusin percuma, kepala gue masih berasep, mending nanti dibicarakan pas ketemu.

Sambil nunggu siang dateng, gue pun asik ngurusin dagangan di kantor. Rencana besar ke dua gue hari ini adalah, besuk ibu temen gue di RS Serang.

Setelah beberapa hari sebelumnya mendiskusikan "waktu yang tepat" menurut kita, akhirnya diputuskan kumpul  sabtu, 31 Januari 2015 pukul 16.00 WIB di Stasiun Manggarai.
Jam empat lewat gue ketemu sama Nadbee di peron lima. aturan kita pergi berempat, ade akan menunggu di Stasiun Tanah Abang, sementara yang satu cowok mendadak ngebatalin karena ada urusan "Penting" dengan orang "Penting" nya juga. (padahal tadi dia sendiri yang bilang udah di Stasiun Depok mau beli tiket)
ah sudahlah, mungkin dia lelah.

Cukup lama menunggu, keretapun datang. Setelah sebelumnya menguping pertanyaan ibu-ibu ke petugas di dalam gerbong, dengan mantap kami yakin bahwa ini adalah kereta yang tepat, menuju Tanah Abang (sebelumnya ibu-ibu yang duduk disebelah kami dengan tujuan yang sama pun terlihat cukup antusias dan langsung menuju kereta yang kami naiki ini).
Ketika di dalam, seorang cewek manis bersikap ramah dan mencoba membuka pembicaraan. Lebih tepatnya dia sedang bingung.

"ini ke tanah abang kan?"
"iya" jawab nadbee
"emang lewat cikini ya?" tanyanya lagi
"emang lewat cikini?" giliran nadbee nanya ke gue
"hmm?, ehm..." gue liat gambar rute di atas pintu
"kayaknya iya deh" jawab gue dengan senyum tak kalah manis
*ueeggg

setelah melewati beberapa stasiun, gue mulai curiga.

"Stasiun Juanda, Jayakarta, kok kayak mau ke...., apa mungkin kita...?, tapi kok petugas tadi?. Ah mungkin gue salah. Liat nanti aja." batin gue.

Ternyata cewek tadi juga terlihat curiga. Pas gue beradu pandang sama dia, akhirnya kita berdua tertawa, sementara si nadbee masih bengong.

"Tuh kan bener, makanya kok tadi gak ngelewatin Stasiun Sudimara, Kebayoran." ucap cewek tadi

"Iya sama, tadi juga mikir kok gak sampe stasiun yang biasa ya?"

Kami bertiga pun berbagi tawa. Kami segera mencari kereta ke Manggarai, namun malang tak dapat ditolak. Kereta harus antri untuk bisa masuk Manggarai, karena di perlintasan Stasiun UI terdapat pohon tumbang. terjadilah antrian sampai di stasiun juanda (kereta kami berhenti disana. Padahal jika normal, Jakarta Kota-manggarai tak sampai 30 menit, begitu juga sebaliknya.

Ya Allah, kasian si Ade udah lama nunggu di Tanah Abang. Mana sandalnya putus. (bukan cuma pasangan manusia aja yah yang putus, sandal gak mau kalah)

Dua jam kemudian (19.00 WIB) barulah kita sampai kembali di Manggarai, dan disambut oleh rintik gerimis yang semakin lebat.

Hujan!
*Super Girang

"Allahumma Shayyiban Nafi'an"

Kita (gue dan nadbee) berpisah dengan cewek tadi, karena dia langsung menunggu kereta yang ke Tanah Abang, sementara kita mengejar waktu Shalat Maghrib.

Ade masih aktif bertanya via WhatsApp Messenger, sementara kita berdua sesekali membalas karena terkendala signal.

"Kereta sore ke Serang lewat jam empat tadi, ada lagi jam sebelas malem." kabar "baik  dari ade kami terima usai shalat maghrib.

"gimana nih?" tanyanya lagi.
"coba tanyain, lama perjalanan berapa?, trus kereta paling pagi Serang-Tanah abang jam berapa?"

"2-3 jam, besok 07.15" balasnya

"wah, gue gak keburu mbe. kumpul di kantor jam setengah sepuluh pagi besok."

"iya gue juga."

"jadi gimana?" kami belum balas chatt ade

"kata gue sih lanjut" komentar nadbee

"gue juga pinginnya iya. Gini, kita tanya jadwal keretanya lagi, kalau petugas bilang terpagi jam enem, malam ini kita jalan." gue mencoba menawarkan pilihan

"ok." nadbee segera memberitahu ade. Tapi ade gak bisa karena sudah banyak agenda ahad nya

"Ba'da Isya kita tanya ke Informasi."

***
"Disini gak ada jadwal, kalau mau tahu harus ke Tanah Abang." nadbee menjelaskan jawaban dari petugas stasiun

"jadi?"

"Ke tanah abang sekarang"

"hayuklah kita malam mingguan"

Entah kenapa kereta Tanah abang muncul di peron dua, padahal biasanya di peron lima.

Kereta ini baru berhenti di satu stasiun, dan tidak ada informasi apapun dari petugas melalui pengeras suara, anehnya, kami sudah tiba di Stasiun Duri!

"Astagfirullah mbe......., Tanah abang udah kelewat." kami sama-sama terkekeh, mengikuti penumpang yang sudah turun terlebih dahulu.

"asem banget tiap pergi ame lo ris"

"heh, nyalahin aja. Ada juga gue yang apes mulu jalan sama lo"

"eh gue coba tanya petugas dulu"

"sekalian tanya arah balik ke Manggarai ys mbe"

"iye" nadbee segera berbicara dengan petugas peron

"Kereta adanya berangkat jam enem pagi, sama jam enem sore ke serang. kalo dari serang paling pagi jam 7.15"
*lemes

"ya sudah balik?"

"balik" nadbee mengangguk mantap

kami tak bisa segera pulang, harus cukup lumutan baru kereta arah Bogor datang.

"kok palangnya gak mau kebuka ya?"
"pinalti lebih dari satu jam" gue baca keterangan di layar tempelan kartu tiket kereta.
"oh iya, tiket gue harusnya sampai Tanah abang, tapi tadi sampai Stasiun Duri." Batin gue lagi

"Mas-mas, ini tiket saya kenapa ya?"
*pasang muka polos
"wah ini pinalti mba, kartunya ditahan ya?" ucapnya sambil membukakan pintu dengan kartunya. Gue liat nadbee yang cekikikan. Dasar!

karena sudah malam, nadbee akhirnya nginep di kosan.

"kenapa sih lo senyum-senyum" tanya gue ngeliat nadbee yang dari tadi makan nasi goreng sambil cengengesan sendiri
"tadi bilang laper."

"nggak papa. Hihihi" jawabnya

Gue lirik Abang Nasi goreng, cuma mastiin dia gak curiga. khawatir gue dikira bawa orang gila.

"Ini kesekian kalinya gue nyasar karna ada lo. pas ini, pas itu, pas itu juga. "

" ish ish ish. pulang lo, jangan tidur di kosan!"

"wkwkwk"

kami tertawa, menikmati malam minggu seru.
Tawa itu seketika berubah menjadi beban seketika. Ngilu-ngilu ditubuh akibat kecelakaan kecil tadi pagi juga turut terabaikan.
Kami  membaca pesan dari teman-teman yang sudah mempercayakan kami untuk membesuk.
Untaian do'a-do'a tulus yang mereka berikan untuk kami yang nyatanya batal melaksanakan misi mulia, menjalankan salah satu Sunnah Rasul "mengunjungi saudara yang sakit."

"Maaf untuk semua"

Semoga Allah angkat sakitnya, menjadikannya penggugur dosa, dan penguat keimanan.

Syafahallahu syifa'an

dan butiran-butiran hikmah dari perjalanan hari ini, biarkan kami yang merasakan. Karena besar nikmat-NYA tak mampu di tuliskan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar