Selasa, 17 Mei 2016

Cinta

Dari buku Menggali ke Puncak Hati
Oleh: Salim A. Fillah

Cinta,
Ruh yang mengalir lembut, menyenangkan, bersinar, jernih, dan ceria...

Cinta,
Luh yang mengalir lembut, menyesakkan, berderai, jerih, dan badai...

"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah..." (QS.Al-Baqarah: 165)

Cinta adalah energi, yang membuat sang pencinta memiliki tatapan pinta kepada Rabbnya. Pandangan kasihnya jatuh jua ke retina cinta, takkan berpaling selamanya. Lalu senyumnya pun merekah, mekar dari kuncup cinta. Bahkan di kala tangis, ia menimba luhnya dari mata air cinta.

"Kapan datangnya kiamat ya Rasulullah?" Tanya seorang Arab Gunung. "Apa yang sudah kau siapkan untuk menyambutnya?" Sang Rasul balik bertanya. "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya," jawabnya sepolos fitrah. "Engkau akan bersama dengan yang engkau cintai." Sabda Rasul.

Energi cinta, energi yang meredakan segala resah dan gelisah dengan mengingat Sang Kekasih. Ketenangan di segala suasana, keteduhan di setiap terik, cinta berbuah dzikir yang menentramkan.

"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra`d: 28)

Bergetarnya hati saat asma-Nya disebut, bertambahnya yakin saat ayat-Nya dilantunkan, menjadi indikator-indikator cinta yang tak bisa dibantah, apalagi dipalsukan. Ada kenikmatan tersendiri ketika mereka pasrah, bertawakkal, menggantungkan segala urusan kepada Rabb-Nya saja.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-'Anfāl: 2)

Dan, cinta hanya di hati, belum membuktikan apa-apa. Amal shalih, kata Sayyid Quthb, adalah buah alami dari keimanan, dan gerak yang bermula pada detik di mana hakikat keimanan itu menghunjam di dalam hati. Maka keimanan dan cinta pada-Nya adalah hakikat yang aktif dan energik. Begitu hakikat keimanan menghunjam dalam nurani, maka pada saat itu pula ia bergerak mengekspresikan dirinya di luar dalam bentuk amal shalih.

Itulah iman islami! Itulah cinta pada Allah! Tidak mungkin tidak tinggal diam tanpa gerak, atau tersembunyi tanpa menampakkan diri dalam bentuk yang dinamis di luar diri sang mukmin. Jika tidak bisa melahirkan gerakan yang alami tersebut, maka keimanan dan cinta itu adalah palsu atau mati. Sama seperti bunga yang tidak bisa menahan semerbak wewangiannya. Ia pasti muncul secara alami. Jika tidak, bisa dipastikan tidak ada!

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 'Āli `Imrān:31)

Gerak dan gerak. Amal dan amal. Lalu di sanalah cinta menjadi permata, mengilap oleh air mata, menyala oleh darah, dan hidup dengan pengorbanan.

Take me out with Your Love
Towards Your Highness
And give me Your pleasent and paradise
(Raihan dan Mohammed El Husayyan:'Araftuka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar